CERITA
*Kenangan lalu yang ingin ku
ulang*
Setahun silam, terlihat anak muda duduk di bangku pjok
belakang sedang mengerjakan tugas PKN yang harus di serahkan kepada Pak Man
pada hari itu, anak itu bernama Agus. Ia adalah teman pada tahun lalu yang
selalu saling memberi motivasi antara kita. Walaupun setahun silam kita masih
tetap bersama untuk sebuah impian yang berbeda dan diraih dengan saling
membantu.
Namaku Ino, seorang anak laki-laki dikelas itu yang sedang mangagumi
teman wanita sekelas. Aku orang yang terlalu pendiam dan sangat meragukan
keyakinan akan sebuah harapan . akan tetapi dengan sahabat sekelasku, ia mampu
merubah pandangan hidupku menjadi seorang yang tau arti keyakinan dan harapan.
Aku sedang merenungkan kata Agus “ Yakinkan dirimu, kejarlah
dia dan buat dia tersenyum mungkin akan membuatnya merasa senang”. “Apa mungkin
seorang pendiam mengejar impiannya?” kataku dengan penuh tanda tanya besar di
kepala. Kemudian aku berjalan menuju perpustakaan , sesampai di perpustakaan
aku mulai mencari artikel tentang kisah cinta, namun sulit kutemukan. Akhirnya
aku berjuang dengan semampuku untuk mendapatkan dirinya. “Hai Agus” sapaku
sambil berteriak agak pelan. “Iya ada apa?” kata Agus yang sedang menuju aku. “Aku
bingung, apakah dia juga suka kepadaku?” tanyaku pada Agus. “Mungkin?, kejar
dong jangan malah diam disini!” kata Agus yang agak sinis. Bel istirahat pun
bunyi lalu kita masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Dikelas aku tidak
memperhatikan Pak Bam seorang guru IPA saat mengajar. “Hey Ino kenapa melamun?”
kata Pak Bam “Coba kerjakan soal ini”. “Untung saja soalnya gampang” kataku
dalam hati.
Sepulang sekolah, aku mampir kerumah Agus untuk ngobrol
bersama teman-temanku yaitu Bimbim, Ergun dan Surya. Bimbim adalah murid yang
duduk dikelas bilingual dan cerdas pula, sulit menyainginya. Selanjutnya Ergun
,ia orang pendiam seperti aku namun jika sedang belajar bareng dia selalu
ngotot karna bingung dan selalu menganggap jawabannya paling benar. Dan terakhir
Surya, orangnya tak terlalu pendiam tak terlalu heboh, tampanya seperti anak
polos yang berumur 7 tahun. Dirumah Agus kita berkumpul seperti apel siang
tanpa komandan. “Bim, ayo main kartu” kata Ergun yang mulai jenuh, “Ayo” sahut
Bimbim dengan semangat. Akhirnya semua ikut main. Jam menunjukan pukul 14.00
WIB kemudian aku pulang.
Maalam hari aku coba kirim pesan lewat facebook ke orang yang
ku kagumi. Ia bernama Indah. Indah orangnya pintar, telaten, rajin, dan cantik
pula. “Hai, ada PR ?”pesanku. “ada, pelajaran Matematika halam 43” pesan Indah.
“Kamu sudah selesai?” pesanku. “Udah” balas Indah. Setelah itu aku mulai
mengerjakan PR matematika. Saat mau tidur aku terbayang wajahnya dan sulit
buatku tidur. Untuk mengusir kejenuhan aku coba nonton TV agar ngantuk
dengansendiri dan langsung tidur.
Keesokan harinya, aku menghampiri Agus untuk berangkat bersama
kesekolah. “Agus “ Panggil ku kepada Agus didepan rumahnya. “woy, iya masuk”
sahut Agus. Ternyata di masih main hp dan belum mandi juga. “Cepatlah Gus mandi
trus berangkat” suruhku pada Agus karna tak sabar ke sekolah. “Bentarlah No
Ino”jawab Agus”pasti tak sabar ketemu Indah ya ?”. “Apa sih Gus?, cepat mandi
sana”suruhku lagi kepada Agus. Setelah semua selesai, kita berangkat bersama.
“Ino itu Indah, coba dekati” kata Agus yang sambil menyuruhku.”Pagi sekali dia
datang”kata ku.
**Setelah 1 bulan kemudian0
Setelah aku mendekati Indah selama 1 bulan dan siap aku
nyatakan persaanku kepadanya. Aku coba pilih hari Rabu karna pulangnya di tak
dijemput orang tuanya. Tapi ternyata pada hari yang aku siapkan, aku terkejut
kepada teman sekelasku dan ternyata di juga suka kepada Indah. Dan tak terduga
temanku yang bernama Stefanny berniat menyuruh Aslih membak Indah. Stefanny
juga menyuruh teman lainnya untuk menyanyikan lagu untuk Aslih dan Indah yaitu
Sempurna. Dalam situasi ini aku hanya berdiam diri dan menyaksikan moment
terindah bagi Aslih. Diriku terpukul lagi, Indah menjawab iya saat di tembak
Aslih. Aku coba ikhlaskan. “Ino sabar ya, mungkin lain kali kau mendapatkan
nya” hibur Agus padaku. “Insha Allah mungkin”balasku. Setelah 2 jam kemudian
aku menghampiri Aslih dan memberi selamat. “Selamatya Slih,yang langgeng
Hubunganmu”ucapku pada Aslih. “Makasih Ino” jawab Aslih.
Setelah kejadian itu, aku merasa terpuruk oleh keadaan. Diri
semakin menjadi orang pendiam yang memendam rasa yang luar biasa yang tak dapat
orang ketahui kecuali tuhan. Setiap selesai sholat aku hanya dapat berdoa yang
terbaik untuk Indah. Meski tak selalu disampingnya aku selalu berdoa untuknya
karna doa selalu sampai walau jarak jauh sekali. “Ino” panggil ibuku. “iya”
sahut aku. “tak tidur tidur sudah larut malam ini” suruh ibu padaku.
“sebentar”jawabku. Kemudian aku menuju kasur dan segera tidur agar masalah
siang tadi tak terbayang.
Pagi pun menjelang, diriku serasa berat untuk bangun, namun
kulawan semua itu. Sesampai di sekolah aku merasa canggung melihat Indah dikelas karna rasa
kesedihaan yang tak terlihat orang lain pada diriku. “Hai Ino” sapa fajar teman
sekelasku. “Ada apa?”tanyaku. “Janganlah bersedih mulu karna kemarin, ngomong
ngomong sudah ngerjain PR?” kata Fajar kepadaku. “Ehh..aku lupa kalau ada PR”
jawabku dengan kaget “makasihya diberi tau”. Kemudian aku menuju bangku dan
segera mengerjakan PR matematika dan soalnya banyak pula. “Hari ini aku sangat
kacau dan mungkin hari sialku, tuhan apa yang sedang terjadi” keluhku.
**Setelah sekitar 2/3 minggu kemudian 0
Pada bulan Oktober aku mendengar bahwa hubungan Aslih dengan
Indah telah usai, dan aku dengar dengar yang menyudahi ialah Indah, mungkin
Aslih tak terlalu mngerti tentang Indah atau sebagainya…. tak penting ah.
Pada kesempatan ini aku punya 45% untuk menyatakan pada Indah
tentang perasaanku. “Ino,coba kesini” panggil Agus. “Yap, ada apa?” Tanyaku. “kamu
sudah dengar tentang hubungan Indah?” Tanya Agus. “Sudah emang kenapa,
sepertinya kita berpendapat yang sama” jawabku. “Iya, mungkin kamu bisa
menembaknya, cepat tembak nanti disambar orang lain lho!” suruh Agus. “Mungkin
suatu saat nanti setelah semuanya siap” jawabku. “oke” gitu dong yakinkan
dirimu. “Pasti dong, “ jawabku dengan penuh keyakinan.
Setelah 2 minggu kemudian, aku mendengar kabar bahwa Indah
membuat status pada facebook tentang yang dia suka. Aku mulai menelusurinya dan
ternyata itu aku. Aku sangat kaget serta dag-dig-dug jantungku. Namun aku belum
peercaya tentang itu semua, aku menunggu kepastian kabar itu selama 4 hari.
Setelah sekian 4 hari, ternyata memang benar. “Ino, kapan kamu mau nembak Indah
?” tanya Fajar dengan pelan. “entah mungkin bentar lagi deh, doakan ya moga
moga taka da kendala” pintaku pada Fajar. “Siap deh, tapi kasih uang ya sebagai
rasa syukurmu telah jadian nanti” sahut Fajar sambil tertawa kecil. “Apaan sih,
aku tak punya uang” jawabku sambil bohong.
Dan ternyata di saat yang bersamaan temanku Agus diam diam suka
pada Fitri, aku kemudian mengerjai Agus tentang rasanya itu. “Hai Fitri”
panggilku pada Agus. “Lho kok Fitri, aku ini Agus” jawab Agus. “hmm iya, kamu
suka Fitri kan ?, udah jujuraja” Tanyaku. “Emang kenapa kalo suka?” Tanya Agus.
“Kejar dong dia!” suruhku “kalo nembak langsung aja jangan lewat media sosial”.
“Grogi ah aku kalo langsung” jawab Agus. “Cemen lo, masa kalah sama orang pendiam seperti aku” ejekku
pada Agus. “Biarin, yang nembak itu aku masa lo yang ribut” ngotot padaku.
Aku mulai merencanakan waktu yang tepat untuk menembak Indah,
kira kira 2 minggu lagi. Saat pada hari senin sepulang sekolah di siang hari aku
melihat Indah dan aku mengajaknya pulang bareng dengan berjalan karna rumahnya
dekat. Pada waktu itu gerimis aku ajak berteduh di rumah Surya, “Indah kita
berteduh dulu ya?” suruhku pada Indah. “Iya” jawab Indah. Setelah gerimis reda
kita melanjutkan pulang pada tengah jalan tiba tiba hujan turun aku kaget karna
bingung mau tinggalin Indah sendiri apa nemanin hujan, aku pilih untuk
menemaninya karna sebagai rasa heranku apa dia itu benar suka pada ku. “hai
Indah berteduh lagi ya dirumah Shilva?” suruhku lagi. “Iya ayo cepat” jawab
Indah sambil berlari kecil. Saat sampai di rumah Shilva kita berteduh sambil
melihat hujan turun. Indah jangan mainan hujan nanti kamu sakit lho” suruhku.
“Enggak kok Cuma mainan aja” tolak Indah. “Heh dibilangin malah ngeyel !”
psuruhku kembali dengan nada agak menyeru sedikit. “Iya iya deh” jawab Indah.
Pada saat itu aku merasa terkesima melihat wajah Indah yang cantik itu terguyur
hujan saat lari tadi, aku memandang dirinya namun dia bertolak dari tatapanku.
“Apakah ini kenyataan tuhan, apa ini tidak mimpi ?” heranku pada tuhan dihari
ini. Kemudian Ibunya Shilva menyuruh kita duduk, “hai kalian duduk disini”
suruh Ibunya Shilva. “Iya” sahut kita. Kemudian aku duduk namun Indah tak
duduk, aku menunngu dia capek baru duduk. Ternyata dia tak mau duduk, “Indah
duduk sini lho nanti capek” suruhku pada Indah, seperti tadi Indah yang harus
dibilangin 2 kali baru mau. Kemudian kita salsing duduk berhadapan, aku terus
pandang wajah Indah, Indah coba melirik pada ku namun dia terkejut kalo aku
terus memandangnya. Aku coba malingkan pandanganku agar dia tak noleh ke kiri
terus nanti sakit lehernya. Seteleah 30 menit berlalu dan hujan turun kita
melanjutkan perjalan pulang dan kita terpisah di jalan untuk melanjutkan pulang
kerumah masing – masing.
Pada malam hari badanku agak panas namun itu tlah terbayar
karna bisa menemani Indah berteduh saat hujan. Namun setelah kejadian itu aku
semakin yakin untuk menembak Indah dan tak peduli orang lain yang menyukai
Indah. Atas kepercayaanku pada Indah aku merencanakan menembaknya seminggu dari
sekarang yakni hari senin, aku mulai tak sabar untuk menunggu hari senin, dan
langsung menembak Indah.
Pagi pun menjelang dan kusambut hari dengan penuh semangat
dengan jiwa penuh gairah. Bel sekolah berbunyi bertanda pelajaran awal hari ini
akan dimulai, sambil menunggu guru masuk ke kelas aku berbincang – bincang
dengan Agus. Ternyata Agus sudah menembak Fitri lewat BBM namun belum juga di
jawab oleh Fitri. Dalam kondisi ini Agus berkata “ Ino aku sudah nembak Fitri
lho lewat BBM, tapi belum jawab tuh sama si Fitri, kamu kapan nembak Indah ?”.
“ Entah, aku tunggu tanggal baik, lho kok belum dijawab Fitri emangnya kanapa ?
pasti sakit tuh digantung sama Fitri, moga moga dijawab iya sama Fitri” kata
ku. “ Amiiiiinn, kamu juga moga moga diterima Indah “ jawab Agus. “ Eh tapi
Gus, kamu kok nembak lewat BBM cemen lu nggak berani nembak didepan Fitri
langsung ” ejekku pada Agus. “ Emangnya kamu berani nembak Indah langsung ?”
Tanya Agus padaku. “ Berani dong, aku udah nggak cemen sekarang kagak seperti kamu
“ jawabku penuh optimis. “ Hemm…iya deh, tuh ada Bu lilik” kata Agus sambil
melihat guru yang sedang berjalan menuju meja guru.
Teeet teeeet teet…. Bel istirah berbunyi, semua orang tak
sabar menahan rasa lapar mereka untuk segera ke kantin.
“ Indah…kamu udah ngerjain soal matematika tadi yang dibuat PR
?” tanyaku pada Indah. “ Udah.. emang kenapa, mau nyontek ya ?” jawab Indah
sambil menanyaiku. “Enggak dong, masa aku nyontek, paling aku kerjain di les
lesan” jawabku. “ Hem… pasti nggak bisa ngerjain ya ?” tanya Indah agak ngejek
kemampuanku. “ Bisa dong, mudah gini masak nggak bisa” jawabku. “ Udah ya aku
mau kekelas sebelah” kata Indah mengakhiri obrolan. “Iya” sahutku.
“Ino lagi ngapain ?” Tanya Agus yang membawa makanan dari
kantin menuju bangkuku. “ Bingung nih, aku nggak sabar nembak Indah” jawabku
dengan penuh ketidak sabaran. “ Mending tembak sekarang aja” ujar Agus. “
Enggak ah, aku udah ngerencanain waktunya kok” jawabku. “Ehh..ada gorengan
minta dong Gus” mintaku pada Agus. “ Hmm, iya jangan banyak banyak lho” jawab
Agus yang membolehkan meminta makanannya. “ Enak ya walaupun gorengan ” kataku.
“ Pastilah enak kamu Cuma minta nggak beli sendiri ” ujar Agus. “Hmm..” jawabku
penuh malu.
Karena ketidak sabaranku untuk menembak Indah aku coba pada 2
hari sebelum hari senin yang aku pastikan.
Sepulang sekolah aku coba pulang bersama lagi dan pada saat
ditengah perjalanan aku sangat grogi untuk menembaknya. “ Indah tunggu sebentar
aku mau ngomong” suruhku pada Indah. “ iya..ngomong apa ?” kata Indah yang tak
memperlambat langkah kakinya. “ Hmm..ngomong apa ya ? aku lupa” ujarku sambil menahan kata menembak
Indah karna rasa grogiku. “ Gimana sih, besok aja ngomongnya kalau sudah ingat
lagi ” keluh Indah. “ Iya” jawabku yang menyalahkan diriku sendiri karna rasa
grogiku.
Keesokan hari yakni hari minggu aku manfaatkan untuk latihan
ngomong serta bikin kata kata untuk nembak Indah di hari esok yang akan datang.
Dalam hal ini aku merasa seperti orang gila yang bicara dengan cermin dan tanpa
jawaban apapun yang aku ajak omong.
Pada hari yang aku tunggu - tunggu yakni dihari pagi ini pada
hari senin nan cerah. pagi nan cerah membuatku bersemangat bersekolah, “ waoo,
cerahnya pagi ini “ kataku dalam hati sambil melihat langit.
Sebelum sampai sekolah dan seperti biasanya aku mampir kerumah
Agus untuk berangkat bersama sama. “ Gus gimana Fitri apa udah dijawab ?”
tanyaku. “Hmm, belum” jawab Agus yang sedang mengenakan handuk karna usai
mandi. Tepat pukul 06.45 WIB kita berangkat bersama sama, tanpa sedikitpun kita
terdiam di perjalan. “ Bim nanti jadi ulangan TIK ? “ tanya Ergun pada Bimbim.
“ Jadilah “ jawab Bimbim. “ Belum belajar ya kamu ?” tanya Bimbim pada Ergun. ”Udah
lah masa belum belajar” jawab Ergun.
Sesampai dikelas, aku dan Agus kaget
karna ada ada ulangan IPS. “Ino masa ada ulangan IPS?” tanya Agus keheranan.
“Entah mungkin kemarin kita nggak mendengarkan Bu Ana” jawabku. “Ah santai aja
kita selipin buku di bawah bangku kan bisa” akal Agus dengan penuh licik.
“Jangan dong, nanti kuwalat lho” kataku menasehati Agus. “Lah gimana No?” tanya
Agus kebingungan. “Ya kita belajar sedikit aja walaupun ngga sepenuhnya”
jawabku. “Ya nanti kita juga tanya teman yang bisa njawab” kata Agus penuh
licik lagi.
**Teeettt....teeettt...bel
awal pelajaran berbunyi dan kami sekelas siap mengerjakan ulangan IPS0
Aksi contek mencotekpun akan dimulai oleh
murid dikelas yang tak paham tentang bab IPS yang telah diterangkan oleh Bu
Ana, tanpa banyak bicara aksi depan bangkuku ternyata membuka buku catatan IPS
dan sebelahnya mencontek apa yang sebelahnya tulis. “Uhh..ternyata begini murid
sekelasku” kataku dalam hati. “Ino nomer 2 a jawabanya apa” tanya Agus
kebingungan. “ Entah aku belum mengerjakan kok” jawabku.
Aam ialah temanku yang duduk di bangku
depan ,dia hanya pasrah saat mengerjakan ulangan yang tunggui Bu Ana karna tak
banyak pelajaran yang masuk ke otak Aam. Akan tetapi yang bersebelahan duduk
dengan Aam itu juga pintar namun kenapa Aam tak mencari cara untuk menconteknya.
Yang kedua yaitu Ivan, orangnya agak nakal penuh sayang tanpa perhatian itu
terlihat saat guru menjelaskan pelajaran Ivan tak memperhatikan guru. Yang
ketiga ialah Jafar , orangnya penuh gaya namun nakal tak senakal yang kau kira
dan tak sebego Aam. dan terakhir adalah Fery , tampangnya seperti anak pandai ,
tak nakal, penuh gaya , kemampuannya pun seperti ketiga anak tersebut. Itulah
teman saya yang penuh aksi pada saat ulangan. Akan tetapi masih banyak juga
teman yang lain termasuk aku jika kepepet..wkwkwk
Usai ulangan semuanya merasa lega serta dag-dig-dug dengan
hasil yang akan didapatkan. “Ino dapet berapa nih ulangannya?” Tanya Agus
dengan rasa penuh khawatir. “Entah , santai aja lah jika dapatnya segitu
berarti kemampuan kita segitu. Masa kemampuan kecil hasilnya besar” jawabku
dengan penuh rasa optimis.
Pelajaran terakhir pada hari ini aku menyuruh Indah lewat
jalan tersebut pada saat pulang sekolah. “Indah nanti lewat jalan sepertia
biasanya ya?” pintaku pada Indah dengan penuh harapan dalam hatiku. “O..iya
nanti lewat sana” jawab Indah dengan enteng . “Alhamdulillah..untung indah mau”
seruku dalam hati.
Sepulang sekolah lewat depan gerbang sekolah aku pulang
bersama Agus, akan tetapi aku melihat Fitri yang sedang menunggu untuk di
jemput orang tuanya. “Fit, Agus gimana tu diterima ngga…kasihan ngga dijawab
jawab” tanyaku pada Fitri yang bertujuan agar Fitri cepat menjawab pada Agus.
“Iya..iya” jawab Fitri agak malu tersipu karna dilihat banyak orang Agus pun
juga malu. “Uhuii selamat ya Gus…udah jadian ni e” ejekku sambil mengucap
selamat. “Iya makasih No…kamu kapan nembak Indah ?” jawab Agus serta bertanya.
“ Mungkin nanti” jawabku agak main-main namun sungguh-sungguh akan menembak
Indah. “Cepat siap-siap ajak bareng lagi Indah lalu tembak doooor..lalu mati
jatuh di hatimu karna terlalu lancip peluru senapanmu dan akhirnya jadian
deh…ciee ciee” ujar Agus sambil menyemangatiku. “ Pastinya dong” jawabku penuh
optimis lagi. “Tuh Indah dibelakangmu No” kata Agus sambil menoleh ke belakang.
“Ehh…..waduhh, bissmilahirrahmanirrahim moga diterima” kataku dalam hati sambil
berlari kerumah Agus untuk mempersiapkan diri.
**Setelah semuanya siap aksiku akan kutunjukkan0
“Indah ulangan IPS tadi gimana mudahkan ?” Tanyaku pada Indah
sambil latihan ngomong. “Mudah kok” jawab Indah dengan enteng. Saat disampai
jalan yang aku inginkan aku mulai ngomong. “Indah tunggu bentar aku mau ngomong
nih..adu udah inget kok” suruhku pada Indah. “Iya ngomong apa ?” sahut Indah sambil
berhenti tak seperti hari kemarin. “ Ehmm…kamu mau nggak jadi pacarku, kalau
nggak mau juga nggak apa apa kok” tembakku pada Indah. Namun Indah lama untuk
menjawab yang membuatku semakin deg degan mendengar jawabannya. “Ehmm..gimana
ya” kata indah tanpa sedikitpun mengarah kalimatku tadi. “Kalo nggak juga nggak
apa apa kok?” harapku pada iNdah agar menjawab iya. “Heem” jawab indah sambil
mengangguk angguk kepala. Namun daalam menganggukan kepala aku belum terlalu
jelas jawabnaya dan aku tanyai lagi. “Gimana Ndah ?” Tanyaku kembali. “Iya iya”
jawab Indah dengan senyum lembar tak mengarah wajahku. “Ohh..lega akhirnya
diterima” kataku dalam hati bercampur rasa senang.
Setelah hal itu dan Indah sampai rumah akita berpisah untuk
kerumah masing-masing namun tetap ada hubungan lewat dunia maya .
bla..bla..bla……..bla.
**Setelah sekitar 2 bulan hubungan berjalan ada seuatu ang
mengganjal diantara kita0
“ Indah ngga apa apakan kamu chat chat an sama Dewanti, Cuma
mbahas yang penting aja kok ngga lebih dari itu ?” Tanya ku pada Indah. “ Ehmm
terserahlah kalo Cuma mbahas yang penting “ jawab indah dengan mengeluh. “
Yaudah kalo gitu, nanti online ya facebookmu ?” suruhku pada Indah. “ Iya “ jawab Indah.
Setelah hamper sampai rumah Indah aku pamitan di tengah jalan pada Indah “ Dulu
ya Indah, Assalamualaikum “. “ Iya hati hati , waalaikumsalam” jawab Indah.
Sesampai dirumah aku membuka facebook dan melihat lihat postingan
temanku di beranda facebook. Tak lupa aku chat Indah seperti menjalin kasih di
dunia maya entah yang ditulis sesuai atau tidak. “ Lagi apa Indah ?” tanyaku. “
Lagi maen sama adekku sambil nonton TV” kata Indah “ Kamu lagi apa ?”. “ Lagi
nonton TV nih sambil makan” jawabku. “ Ohh…” kata Indah. “Ehh…kamu tadi kenapa
kok murung ?” tanyaku penuh heran. “ Ngga apa apa kok Cuma capek hari ini”
jawab Indah. Namun aku belum percaya jawabannya pasti Indah bohong tapi aku
coba ngertiin perasaannya. “Heem..iya, jangan lupa makan serta minum ya hehe”
suruhku. “ Iya, kamu juga jangan lupa ibadah” suruh Indah padaku. “ Iya, udah
ya nanti lagi aku mau les” jawabku. “ Iya” jawab Indah.
Dimalam hari tiba tiba Dewanti inbox aku “ Ino tadi Indah
kenapa ? kok gitu ?”. “Entah , katanya capek” jawabku. “ Oh…kirain ada apa apa”
ujar Dewanti. “ Enggak lah, walaupun ada
apa apa aku tetap setia kok sama Indah” kataku sambil mengeklik kolom keyboard bertuliskan ENTER. Setelah sekitar1
setengah jam saling kirim pesan di facebook..aku tutup facebookku dan mulai
belajar dengan serius.
Keesokan harinya disekolah Indah terlihat agak aneh kepada
Dewanti , entah kenapa dan tak tau namun ku coba damaikan si Indah.
Sepulang sekolah aku ngobrol dengan Indah berjalan menuju
kerumah Indah. “ Indah, kamu kenapa kok aneh gitu sekarang?” tanyaku. “ Engga
kok biasa aja” jawab lagi si Indah dengan bohongnya lagi, mungkin dalam hatinya
menginginkan diriku jangan berpaling dari Indah karna terlalu sok baik kepada
Dewanti. “ Ehh..Indah Dewanti itu kenapa ya gak jelas banget biasanya chat yang
nggak penting dan dia sekarang sibuk dengan game tebak gambar dihapenya, dia
selalu ngirim pertanyaan gambar gitu,” kataku pada Indah . “ Hemm mungkin ngga
bisa njawab trus ngirim soal gambar gitu” jawab Indah sambil senyum. “ Indah
maaf ya kalau aku sering chat chatan sama Dewanti , ngga lebih kok” ujarku pada
Indah. “ Hemm iya” jawab indah termurung lagi saat aku ucap itu.
Anehnya dari semua omonganku itu ternyata Indah terlalu
sensitive terhadap hal di bencinya sehingga mengatakan aneh aneh pada Dewanti
yang tak punya salah apa apa,, mungkin Indah berfikir Dewanti akan merebutku
(mungkin) *-*. Dan akhirnya Indah dan Dewanti perang dingin setiap saat
bertemu, aku bingung mendamaikan
keduanya , jika aku menolak chat dari
Dewanti tentang Indah pasti Dewanti kesal dan jika aku membela si Indah aku
kasihan Dewanti yang tak punya salah. Akan tetapi dari sekian teman wanita
sekelasku berkata Dewanti itu orangnya egois dan licik, aku tak mudah percaya
itu sehingga pertengkaran Indah dan Dewanti berlangsung lama karna saling
membela kedua belah pihak tersebut…..mungkin karna aku terlalu bego dan kurang
handal dalam urusan cinta kepada Indah tapi aku sangat mencintai Indah.
Akhirnya perang dingin antara mereka pun reda setelah aku
menyelesaikan satu persatu dari mereka dan mempertemukannya untuk saling berpendapat
tentang semua hal yang telah terjadi.
“ Ehh..Ino kamu tanggal lahirmu tanggal 14 ya ?” tanya Indah
padaku sembari berjalan seperti biasanya sepulang sekolah. “ Iya benar tepat
hari valentine, emang kenapa ?” jawabku. “ Engga apa - apa kok “ ujar Indah. “
Ehmm..tadi ada PR, aku lupa kok ?” tanyaku pada Indah. “ masih muda kok pikun
?” ejek Indah. “ Hehe, iya aku lupa PRnya apa ?
Study Tour sekolahku akan dilaksanakan pada tanggal 25 yakni
tepat tanggal jadianku dengan kekasih pertamaku yakni Indah. Study Tour akan
dilaksanakan ke Pulau bali.
** 3 hari sebelum tanggal 25 maret 2016 siswa kelas 2 sibuk menyiapkan
perlengkapan yang akan dibawa dan banyak juga arahan dari panitia dan tour
leader0
“ Anak – anak besok hari rabu kumpul di aula depan setelah jam
terakhir untuk pengarahan persiapan Study tour oleh Pak Dwi dan rekannya.” Kata
wali kelasku saat mengajar matematika. “ Iya Bu” sahut murid sekelas. “ Eh Gus
besok kamu duduknya pindah sama aku aja ya di bis” suruhku pada Agus. “Oke,
nanti aku bawa lauk makanan trus kamu bawa nasi ya yang banyak” suruh balik
Agus padaku. “ Oke Gus, gampang” jawabku. “ Eh, mending kamu sama Fitri di bis
“ gurauku pada Agus. “ Apa apan sih ada guru di bis “ ujar Agus. “ Oo..iya ya.
Tapi ngga apa-apa sih” gurauku lagi. “ Ehmm terserah lo aja” ujar Agus rada
kesal.
(akan saya lanjutkan lagi...)